Jurnal Ilmiah
Jurnal Ilmiah
Peran
Guru sebagai Anggota PGRI dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia
Oleh :
Irena
Fitriandini
15862061A000882
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU
REPUBLIK INDONESIA
KABUPATEN SUMENEP
2015
Peran Guru sebagai Anggota PGRI dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan Indonesia
Oleh
Irena
Fitriandini
15862061A000882
Abstrak
Kemajuan
dunia pendidikan di tentukan oleh segenap pemangku pendidikan. Pendidikan
adalah proses yang terstruktur dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan mempelajari, mendidik, dan membina potensi-potensi
pribadinya, yaitu rokhani dan jasmani agar menjadi manusia yang lebih baik. Dalam
membangun dunia pendidikan dewasa ini, memerlukan berbagai elemen yang
mendukungnya diantaranya yaitu pemberdayaan pada guru.
Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Guru bermutu dan bertanggung jawab sebagai anggota
inti organisasi profesi PGRI merupakan pilar utama untuk mencapai keberhasilan
pendidikan, maka sebagai pendidik harus mengetahui bahwa tumpuan utama
pendidikan ada pada pendidikan dan peserta didik.
Kata kunci : Guru, PGRI, Mutu Pendidikan
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Pendidikan adalah
proses pendewasaan bagi peserta didik dan sebagai media pengembangan potensi
yang dimiliki sehingga pada akhirnya peserta didik mampu mewujudkan cita-cita
yang diinginkan. Dalam proses pendidikan, peserta didik sangat memerlukan
pertolongan dari seorang guru dalam bentuk bimbingan, pembalajaran atau
pelatihan supaya rohaninya (fikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani)
berkembang dan jasmaninya (fisik dan panca indra) tumbuh sehat (Tim Dosen FIP
IKIP Malang : 2003).
Guru sebagai
tenaga inti kependidikan memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi
peserta didik secara maksimal. Dengan demikian, guru harus memiliki modal dasar
dalam mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan baik
perkembangan afektif, kognitif dan psikomotoriknya.
Dalam mewujudkan
hal tersebut, peranan PGRI sebagai organisasi yang menghimpun para guru
diperlukan. PGRI dituntut bisa mengikuti perkembagan terbaru dalam pendidikan,
sehingga PGRI lebih mudah untuk melahirkan program-program yang sesuai dengan
tuntutan masa kini. Yakni tuntutan pendidikan di bawah tekanan globalisasi
dengan segala perkembangannya.
Hal ini
merupakan tugas penting PGRI sebagai organisasi guru dalam menyiapkan guru-guru
masa depan yaitu guru yang benar-benar mampu menjadi tumpuan dalam proses
pembelajaran. Sebab masih diyakini bahwa proses pendidikan sangat ditentukan
oleh keberadaan seorang guru. Maka dalam melakukan proses tersebut
profesionalisme seorang guru menjadi prasyarat wajib menuju pendidikan yang bermutu,
dan pendidikan yang berkualitas. Yang pada akhirnya juga akan mampu melahirkan
peserta didik yang berkualitas dan siap dengan segala tuntutan keadaan baik
yang dihadapi maupun akan diihadapi.
Berdasarkan
pemaparan diatas, maka penulis menyusun jurnal dengan judul Peran Guru sebagai
Anggota PGRI dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas, penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
fungsi guru sebagai anggota Persatuan Guru Republik Indonesia?
2.
Bagaimana
peran guru dalam pembelajaran?
3.
Bagaimana
strategi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia?
3.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang
dan rumusan masalah di atas, tujuan yang diharapkan dalam penulisan jurnal ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mendeskripsikan fungsi guru sebagai anggota Persatuan Guru Republik Indonesia.
2.
Untuk
menjelaskan tentang peran guru dalam pembelajaran.
3.
Untuk
menggambarkan strategi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
4.
Manfaat
1.
Bagi
penulis, banyak memperoleh wawasan dan ilmu yang bermanfaat untuk kedepannya.
2.
Bagi
pembaca, sebagai sumbangsih pemikiran dengan menambah informasi tentang dampak
kebijakan publik dalam menanggulangi kemiskinan.
3.
Bagi
peneliti lain, sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan dalam penelitian yang
akan sejenis pada masa akan datang.
B. Kajian
Pustaka
1.
Fungsi Guru Sebagai Anggota Persatuan
Guru Republik Indonesia.
Menurut Musaheri (2011 :
11), PGRI merupakan wadah tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga
kependidikan lainnya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan
organisasi ketatanegaraan yang berdasarkan Pancasila. Melalui wadah PGRI,
sesama anggota mengembangkan profesinya, berjuang memecahkan masalah untuk
anggota dengan tanpa henti dan meningkatkan kesejahteraan anggota untuk
kejayaan PGRI.
Segenap pengurus dan
anggota PGRI dalam melakukan perjuangan mengutamakan kepentingan organisasi dan
kepentingan anggota sejalan dengan aspirasi, kehendak, tuntutan dan kebutuhan
anggota PGRI di atas segala galanya. Dengan mengutamakan kepentingan organisasi
dan anggota, perjuangan PGRI akan mendapat dukungan dan berarti menguatkan
perjuangan menuju sukses.
Sabagai anggota inti PGRI,
guru harus mampu menjadi pilar utama untuk mencapai keberhasilan pendidikan.
Dengan demikian, kebulatan tekad, jiwa dan semangat perjuangan, ketiakawanan
organisasi, peningkatan mutu dan kemampuan profesional, serta tanggungjawab
seluruh guru sebagai petugas profesi pendidikan, harus terus dibina,
dimantapkan, dan ditingkatkan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Sebagai pengurus dan
anggota PGRI dalam melakukan perjuangan, guru harus mengedepankan nilai-nilai
profesionalitas dengan menegakkan kaidah ilmiah yang berbasiskan ilmu
pengetahuan dan bertumpu pada upaya peningkatan mutu tenaga pendidikan pada
khususnya dan umumnya mutu pendidikan. Berikut beberapa fungsi guru sebagai
anggota PGRI (Musaheri, 2011 : 13), yaitu :
a.
Meningkatkan
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Mempertahankan
dan melestarikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c.
Meningkatkan
integritas bangsa dan menjaga tetap terjamin dan terpeliharanya keutuhan
kesatuan dan persatuan bangsa.
d.
Melaksanakan
dan mengembangkan Sistem Pendidikan Nasional.
e.
Menegakkan
dan melaksanakan kode etik dan Ikrar Guru Indonesia sesuai peraturan
organisasi.
f.
Memelihara,
membina, dan mengembangkan kebudayaan nasional serta memelihara kebudayaan
daerah dalam rangka memperkaya kebudayaan nasional.
g.
Memelihara
dan mempertinggi kesadaran akan profesinya untuk meningkatkan mutu, keahlian,
kemampuan, pengabdian, prestasi dan kerjasama.
h.
Memelihara
dan meningkatkan mutu keorganisasian PGRI.
2.
Peran Guru Dalam Pembelajaran
Menurut
Mulyasa (2015 : 35), Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta
didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul
karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa
membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu
menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya,
demikian halnya peserta didik ketika orang tua medaftarkan anaknya ke sekolah
pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru agar anaknya dapat
berkembang secara optimal.
Minat, bakat,
kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan
berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini, guru perlu
memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik
dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Guru juga bertindak
bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di
kelas, bahkan ketika ada yang buag air besar di celana.
Tenaga pengajar
merupakan tenaga pendidik yang khusus di angkat dengan tugas utamanya mengajar.
Jelaslah bahwa guru adalah tenaga profesional di bidang pendidikan yang
tugasnya adalah mengajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk senantiasa
meningkatkan kualifikasi profesionalisme dalam bidang keguruan. Secara
sederhana, dapat diprediksikan bahwa tugas yang bersifat profesional merupakan
pekerjaan yang hanya boleh dilakukan bagi mereka yang lebih khusus disiapkan
untuk itu, dan bukan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sembarang orang
(Nurdin, 2008 : 160).
Guru juga
harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi
seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan
memposisikan diri. Dengan memperhatikan kajian Pullias dan Young, Manan, serta
Yelon and Weinstein dalam Mulyasa
(2015 : 37-65), berikut beberapa peran guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai
berikut :
a.
Guru
Sebagai Pendidik
Guru adalah
pendidik, yang menjadi kokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan
dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui serta memahami nilai, norma moral,
dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan
norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya
dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Berkenaan
dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai
spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta
memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai
dengan bidang yang dikembangkan.
Guru juga
harus mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi
peserta didik, dan lingkungan. Guru harus mampu bertindak dan mengambil
keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan
dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu perintah atasan
atau kepala sekolah.
Sedangkan
disiplin, dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata
tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas
untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai
dari dirinya sendiri dalam berbagai tindakan dan perilakunya.
b.
Guru
Sebagai Pengajar
Sejak adanya
kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal
tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru
membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang
belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang
dipelajari.
Perkembangan
teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi
pembelajaran menjadi fasilitator yang berugas memberikan kemudahan belajar. Hal
ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyaknya buku
dengan harga yang relatif murah. Di samping itu, peserta didik juga dapat
belajar dari berbagai sumber seperti radio, televisi, berbagai macam film
pembelajaran, bahkan program internet atau electronic
learning (e-learning).
Kegiatan
belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti motivasi,
situasi belajar, sarana dan prasarana, hubungan guru dengan peserta didik, rasa
aman, keterampilan guru dalam berkomunikasi dan sebagainya. Jika faktor-faktor
di atas dipenuhi, maka pembelajaran peserta didik dapat berjalan dengan baik.
Agar
pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha
untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya. Sebagai
pengajar, guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat keputusan secara
rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang dituntut oleh
pembelajaran. Untuk itu, perlu dibina hubungan yang positif antara guru dengan
peserta didik. Sebaiknya guru mengetahui bagaimana peserta didik memandangnya
karena hal itu sangat penting dalam pembelajaran, baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Hal ini akan menguji bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan
peserta didik dalam pembelajaran (empati).
c.
Guru
Sebagai Pembimbing
Guru dapat
diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Istilah perjalanan
merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang
mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan itu sendiri merupakan
pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran. Sebagai
pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan empat hal berikut.
Pertama, guru
harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki oleh peserta didik
sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang
mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan.
Kedua, guru
harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling
penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya
secara jasmaniah, tetapi meraka harus terlibat secara psikologis.
Ketiga, guru
harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling
sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap
kegiatan belajar.
Keempat, guru
harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan guru dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan penilaian harus dilakukan guru terhadap
kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran.
d.
Guru
Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik sehingga menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih. Oleh karena itu, guru bertugas melatih peserta didik
dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan
kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan
individual peserta didik, dan lingkungannya. Secara didaktis, guru menciptakan
situasi agar peserta didik berusaha menemukan sendiri apa yang seharusnya
diketahui. Guru harus bisa menahan emosinya untuk menjawab semua pertanyaan
yang ditujukan kepadanya, sehingga kewenangan yang dimiliki tidak membunuh
kreativitas peserta didik.
e.
Guru
Sebagai Penasehat
Guru adalah
seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus
sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati
orang.
Peserta didik
senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam
prosesnya akan lari kepada gurunya. Semakin efektif guru dalam menangani setiap
permasalahan, maka semakin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya
untuk mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri.
f.
Guru
Sebagai Pembaharu (Innovator)
Guru
menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi
peserta didik. Dalam hal ini, terdapat perbedaan yang dalam dan luas antara generasi
yang satu dengan yang lainnya. Seorang peserta didik, secara psikologis berada
jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan.
Tugas guru
adalah memahami bagaimana keadaan pemisah ini, dan bagaimana menjembataninya
secara efektif. Jadi, yang menjadi dasar adalah pikiran-pikiran tersebut, dan
cara yang dipergunakan untuk mengekspresikan keadaan tersebut.
g.
Guru
Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan
model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia
sebagai guru. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan
ketika seorang guru tidak mau menerima atau menggunakannya secara konstruktif
maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Sebagai teladan, tentu saja pribadi
dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang
yang ada di sekitar lingkungannya yang mengakuinya sebagai guru.
h.
Guru
Sebagai Pribadi
Sebagai
individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang
mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukana adalah bahwa
“guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang
disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa
ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan penutan oleh masyarakat, untuk
itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat
tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
Jika di
masyarakat, guru diamati dan dinilai oleh masyarakat, maka di sekolah diamati
oleh peserta didik, dan oleh teman sejawat serta atasannya. Dalam kesempatan
tertentu, sejumlah peserta didik membicarakan kebaikan gurunya, tetapi dalam
situasi lain mereka membicarakan kekurangnnya. Oleh sebab itu, guru perlu
meminta pendapat kepada teman sejawat atau peserta didik tentang penampilannya
sehari-hari, baik di dalma maupun di luar kelas, dan segera memanfaatkan
pendapat yang telah diterima dalam upaya mengubah atau memperbaiki penampilan
tertentu yang kurang tepat.
i.
Guru
Sebagai Peneliti
Pembelajaran
merupakan seni yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian
dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu, guru adalah seorang pencari atau
peneliti. Usaha mencari sesuatu adalah mencari kebenaran yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dalam melakukan suatu hal.
j.
Guru
Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas
merupakan sesutau yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreatifitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari
fungsi ini, guru senantiasa berusah untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang
kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan
bahwa apa yang dikerjakan guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan
sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang.
k.
Guru
Sebagai Pembangkit Pandangan
Dalam hal ini,
guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan
kepada peserta didiknya. Untuk guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan
peserta didik di segala umur. Guru tahu bahwa ia tidak dapat membangkitkan
pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika ia sendiri tidak
memilikinya. Oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang
hakekat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran Allah yang
menciptakannya.
l.
Guru
Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja
dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu serta kegiatan rutin yang amat
diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan
dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua
peranannya.
Secara umum
dapat dikatakan bahwa kegiatan rutin yang diterima oleh semua pihak merupakan
syarat yang diperlukan bagi kebebasan, pemahaman dan kreativitas. Tanpa adanya
kegiatan rutin, tidak terdapat kekuatan atau kesempatan untuk mencoba alternatif
kegiatan sebagai hal pokok dari kebebasan, pemahaman yang mendalam, dan
kreativitas.
m.
Guru
Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini
selalu berubah, dan guru adalah seorang pemindah kemah yang suka
mamindah-mindahkan, dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju
sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui
masalah peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan,
serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru
yang lebih sesuai. Untuk menjalankan fungsi ini, guru harus memahami mana yang
tidak bermanfaat dan membahayakan perkembangan peserta didik dan memahami mana
yang bermanfaat untuk perkembangan peserta didik.
n.
Guru
Sebagai Pembawa Cerita
Cerita adalah
cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita, manusia bisa
mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,
menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain yang
bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka, belajar untuk menghargai kehidupan
sendiri setelah membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang
kehidupan manusia di masa lalu. Guru berusaha mencari cerita untuk
membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
Sebagia
pendengar, peserta didik dapat mengidentifikasi watak atau sifat pelaku yang
ada di dalam cerita, dapat secara objektif menganalisis, menilai manusia,
kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran. Mereka bisa jatuh cinta, dapat menguji
kemampuannya untuk mencintai, dapat dibenci, dapat mengetahui kekuatan yang
menghancurkan rasa benci, memimpikan dan mengetahui baiknya harapan serta tidak
enaknya kekecewaan.
o.
Guru
Sebagai Aktor
Sebagai
seorang aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam
dan akan mengarahkan kegiatannya. Guru harus memiliki kemampuan menunjukkan
penampilannya di depan kelas.
Guru harus
menguasai materi standar dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya,
memperbaiki keterampilan, dan mengembangkan untuk mentransfer bidang studi itu.
Ia mempelajari peserta didik, alat-alat yang dapat dipergunakan untuk menarik
minat, dan tentu saja mempelajari bagaimana menggunakan alat secara efektif dan
efisien.
p.
Guru
Sebagai Emansipator
Untuk memiliki
kemampuan melihat sesuatu yang tersirat, perlu memanfaatkan pengalaman selama
bekerja, ketekunan, kesabaran, dan tentu saja kemampuan menganalisis fakta yang
dilihatnya sehingga guru mampu mengubah keadaan peserta didik dari status
“terbuang” menjadi “dipertimbangkan” oleh masyarakat. Guru telah melaksanakan
fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya
sebagai pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu
diuji dengan berbagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibangkitkan kembali
menjadi pribadi yang percaya diri. Ketika peserta didik hampir putus asa,
diperlukan ketelatenan, keuletan, dan seni memotivasi agar timbul kembali
kesadaran, dan bangkit kembali harapannya.
q.
Guru
Sebagai Evaluator
Evaluasi atau
penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks karena melibatkan
banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti
apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan
dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena
penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk
menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.
Sebagai suatu
proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dan dengan teknik yang
sesuai, mungkin tes atau nontes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus
dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Dalam proses
belajar mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua
pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian
(Usman, 2013 : 11).
r.
Guru
Sebagai Pengawet
Salah satu tugas pendidikan adalah mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia
terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun
masa depan. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan tugas pendidikan yang lain,
yaitu pembekalan individu agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat dan mampu
memberikan sumbangan bagi kehidupan di masa depan. Upaya pelestarian dilakukan
melalui pembekalan terhadap calon-calon guru.
s.
Guru
Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya, peserta didik
akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta
didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran sebagai kulminator
terpadu dengan peran sebagai evaluator.
3.
Strategi Guru Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Indonesia
Dalam meningkatkan mutu
pendidikan, telah banyak dilakukan berbagai macam cara yang slah satunya adalah
menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan. Menurut Mulyasa (2015 : 69),
pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek
yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang
kreatif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan. Diantaranya adalah
keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar.
Keterampilan mengajar
merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks sebagai integrasi dari
berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Menurut Turney dalam
Mulyasa (2015 : 69), mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan
dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi
penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran,
membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok
kecil dan perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus
utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya
melalui pembelajaran mikro (micro teaching).
Menurut Saud (2010 : 51), Kemampuan
merencanakan program belajar mengajar bagi profesi guru sama dengan kemampuan
mendesain bangunan bagi seorang arsitek. Ia tidak hanya bisa membuat gambar
yang baik dan memiliki nilai estetis, tetapi juga harus mengetahui makna dan
tujuan dari desain bangunan yang dibuatnya. Oleh karena itu, kemampuan
merencanakan program belajar mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan
teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar
dan situasi pengajaran.
C. Penutup
1. Simpulan
Berdasarkan
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
a.
Fungsi
guru sebagai anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), harus ikut serta
dalam pembangunan pendidikan nasional, meningkatkan integritas bangsa dan
menjaga tetap terjamin dan terpeliharanya keutuhan kesatuan dan persatuan
bangsa, serta memelihara dan mempertinggi kesadaran akan profesinya untuk
meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, pengabdian, prestasi dan kerjasama.
b.
Guru
memiliki paling sedikitnya 19 peran dalam proses pembelajaran yaitu guru
sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu
(innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas,
pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,
emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.
c.
Strategi
dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai hal yang
salah satunya adalah dengan cara membangun suasana kelas yang menyenangkan dan
kreatif agar peserta didik dapat menerima pembelajaran dengan baik dan memahami
materi yang diajarkan.
2. Saran
a.
Bagi
guru dan orang tua, sebaiknya perlu melakukan hubungan yang baik agar dapat
saling berkomunikasi dalam membicarakan segala hal yang terjadi pada peserta
didik baik yang berupa permasalahan materi yang diajarkan, pergaulannya
disekolah atau hal lainnya.
b.
Bagi
pemerintah, harus lebih jelas dalam menyusun program-program mengenai
pendidikan agar tidak ada lagi anak yang putus sekolah karena mahalnya biaya
sekolah ataupun adanya diskriminasi serta perbedaan sikap antara anak yang
berasal dari keluarga yang berperekonomian rendah dan berpekonomian tinggi.
c.
Bagi
sekolah, harus lebih selektif dalam merekrut guru-guru baru yang profesional
agar nantinya dapat memunculkan para pemimpin negara yang hebat dan berguna
demi kemajuan Negara Indonesia.
Daftar Pustaka
Musaheri.
2011. Ke-PGRI-an. Yogyakarta : New
Elmatera.
Tim Dosen
FIK-IKIP Malang. 2003. Pengantar
Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Mulyasa. 2015.
Menjadi Guru Profesional. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Nurdin,
Muhamad. Kiat Menjadi Guru Profesional.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Saud,
Syaefudin. 2010. Pengembangan Profesi
Guru. Bandung : Alfabeta.
Usman, Uzer.
2013. Menjadi Guru Profesional.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Komentar
Posting Komentar