Cerpenku "sakit hati"
“SAKIT HATI”
Part
1
“Arumi,,,
selamat ya kamu dapat peringkat satu di kelas XII IPA 5”, ujar Ratih dan Rani.
“Loh, kalian kok tahu sih ??” tanya
Arumi. Yaiyalah kami tahu, kami kan
selalu update dengan berbagai
informasi gitu dengan tertawa lirih.
”Alahhh.. ngeles aja kalian. Jujur saja
kenapa sih ??!”, pinta Arumi. “Hehehe.. dengan nada lirih, kita tahu info itu
dari Rangga, sahut Ratih”.
“Rangga lagi, Rangga lagi…,kenapa sih kalian
selalu bergaul dengan Rangga ???” tanya Arumi dengan mengerutkan alis. “Mmm..
kami gak bergaul kok, hanya saja kami berpapasan dengan Rangga dan ia cerita kalau
kamu mendapat peringkat 1 di kelas XII IPA 5”, tangkas Rani. “Udah ah,, aku males ngomong tentang dia”, sinis Arumi dengan meniggalkan kedua
sahabatnya itu.
Kring,,kring,,
bel pulang pun berdering. “Aku pulang duluan ya Rum”, kata Riri teman
sekelasnya. Iya..hati-hati Riri. Oke Rum, bye.
Stelah itu, datanglah Rani dan Ratih ke kelas Arumi dan mengajaknya untuk
pulang bersama.
“Pulang yuk Rum..”, pinta Rani.
“Kalian pulang duluan aja deh, aku masih
ada tugas kelompok nih”, kata Arumi. “Kamu marah pada kita ya Rum soal Rangga ??”,
tanya Ratih lirih. “Kami minta maaf ya kalau perkataan kami menyinggung
perasaanmu, sungguh kami tidak bermaksud menyakitimu”, sahut Rani.
“Apa marah ??! ya nggak lah, kalian kan
sahabatku sejak SMP, apa mungkin aku bisa marah kepada kalian hanya gara-gara
masalah sepele ??!”, jelas Arumi.
“Makasih ya Rum atas pengertiannya”, jawab Rani dan Ratih. Kita pulang duluan
yah, bye…
Part
2
Dalam keheningan malam,
terlihat seorang gadis yang berumur 17 tahunan duduk termenung dengan
memandangi bintang-bintang. Tubuhnya yang langsing dengan tahi lalat kecil di
pipinya, menatap dengan indah keindahan sang rembulan. Sepertinya ia sedang
gelisah karena memikirkan sesuatu dalam benaknya. Tanpa sadar, malampun
berlarut tetapi ia tetap duduk termenung di halaman rumahnya dengan perasaan
yang terlihat campur aduk. Entah apa yang sedang ia pikirkan ??!
“Arumi…Arumi…!! Ayo masuk, ini sudah
larut sayang”, seru Bu Dina yang tak lain adalah ibunya.
“Baik bu, sebentar lagi saya akan masuk”,
sahut Arumi. Lalu, Arumi bergegas menuju kamar tidurnya.
Drtt…drtt…alarm
pun berbunyi pada pukul 06.00.
“Rumi.. ayo bangun”, pinta Bu Dina
dengan membangunkan Arumi yang sedang pulas tidur.
“Aduh.. Rumi lupa bu kalau sekarang ada
kelas pagi”, ujar Arumi.
“Yasudah,,
sana cepat mandi dan ganti baju”, pinta Bu Dina. Arumi pun langsung bergegas dan tanpa sadar
ia memakai kaos kaki hitam, sedangkan pada hari itu adalah hari selasa.
Sesampainya di sekolah, ia pun ditertawakan oleh teman-temannya dan tanpa ia
sadari bahwa ada kejanggalan dalam penampilannya pada hari itu.
Lalu, tiba-tiba Rangga
datang menghampirinya.
“Kamu heran ya kenapa teman-teman
menertawakan penampilanmu ??”, tanya Rangga.
“Nggak biasa aja”, sahut Arumi dengan nada
yang cuek.
“Sampai kapan kamu marah-marah terus
Rumi ?? Apa aku terlalu buruk buat kamu kenal ??”, tanya Rangga dengan penuh pertanyaan.
Arumi pun tetap bersikap cuek dan seolah-olah tidak mendengarkan pertanyaan
Rangga. “Yasudahlah Rum, aku gak mau bahas itu lagi dan aku hanya ingin memberi
tahu bahwa kaos kakimu salah hari”, jelas Rangga lalu pergi meninggalkan
Arumi.
Setelah mendengarkan
perkataan Rangga, Arumi merasa malu dan ia pun langsung pergi ke kopsis sekolah
dengan tergesa-gesa untuk membeli kaos kaki warna putih dan ia langsung
menggantinya.
“Pagi Rumi,, lagi beli apaan nih di
kopsis ??”, tanya Ratih dan Rani yang kebetulan mereka juga ke kopsis untuk
membeli buku tulis. “Aku membeli kaos kaki warna putih nih, soalnya tadi aku bangun kesiangan, dan aku terburu-buru
memakai seragam sekolah, sampai-sampai aku salah ngambil kaos kaki deh....hhehhe..”,
jelas Arumi pada kedua sahabatnya. Oalah,, aneh-aneh saja kamu Rum..”, kata
Rani. Oia, aku balik duluan ke kelas
ya, kata Arumi pada kedua sahabatnya, bye. Sesampainya di kelas, Arumi
merenungkan perkataan Rangga tentang perbuatannya yang ia rasa terlalu
berlebihan, tetapi ia juga berpikir tentang rasa sakit hatinya terhadap perbuatan
mamanya Rangga yang sangat tidak pantas dilakukan oleh sesorang single parent.
Part 3
“Rangga..Rangga..
kamu itu gak ngerti perasaanku. Aku
memang mencintaimu, tetapi kita tidak layak untuk bersama. Lebih baik kita
berteman, hingga suatu saat aku siap memberitahumu tentang masalah ini,
walaupun hati dan pikiranku sangat susah untuk memilih antara mencintaimu
dengan rasa sakit yang dirasakan oleh IBUKU”, ulas Arumi dalam buku hariannya.
Pa..!!,
teriak Bu Dina dari ruang tamu yang melihat suaminya baru pulang kerja pukul
23.00 WIB. “Kenapa akhir-akhir ini papa selalu pulang larut malam ??”, tanya Bu
Dina dengan penuh amarah kepada suaminya. “Sudahlah ma.., gak usah banyak nanya,
aku ada kerja lembur tadi”, jawab pak Supono yang tak lain adalah Ayah Arumi
dengan nada yang seolah-olah tak
menghiraukan pertanyaan bu Dina. Mendengar perbincangan itu, Arumi langsung
menghampiri kedua orangtuanya yang sedang bertengkar karena kebetulan ia belum tidur.
“Pa.., kenapa sih harus selalu berbohong
pada mama ??”, tanya Arumi dengan nada kasar. “Jelas-jelas pada waktu itu aku
lihat papa dengan wanita lain yaitu bu Rahma, Ibunya Rangga teman sekolahku”,
sentak Arumi.
“Kamu kira papa selingkuh ??”, tanya Pak
Supono. “Dasar anak yang tidak tahu diuntung!!, pergi kamu dari rumah ini, papa
tidak sudi lihat kamu ada disini”,
jawab Pak Supono.
“Jadi, selama ini papa sudah
berselingkuh di belakang mama ?? Baiklah,
mama akan angkat kaki dengan Arumi dari rumah ini dan mama minta cerai!!”,
sentak Bu Dina.
Arumi
dan Bu Dina segera meninggalkan rumah itu dan dalam perjalanan, Arumi bertanya
pada Bu Dina.
“Kita akan pergi kemana ma ??”, tanya
Arumi. Papa benar-benar jahat pada
kita ma, !!
“Kita akan pergi ke rumah nenek, Rum”,
jawab Bu Dina. “Sebenarnya, kamu tahu sejak kapan bahwa papamu telah selingkuh
dengan wanita lain dan kenapa kamu baru memberi tahu mama tentang masalah ini
??!”, tanya Bu Dina kepada Arumi. “Aku mengetahui perselingkuhan papa sejak 2
minggu yang lalu ma, karena pada waktu itu aku membuntuti mobil papa yang
ternyata berhenti di rumah ibunya Rangga, ma. Sejujurnya, aku sangat ingin
memberi tahu mama, tetapi papa mengancam akan menyakiti mama kalau aku memberi
tahu mama tentang kejadian itu”, jelas Arumi. Maafkan Arumi ya, ma.
“Sudahlah Rum, nasi telah menjadi bubur,
mama ikhlas menerimanya”, ungkap Bu Dina dengan perasaan sedih dan haru.
Part 4
“Pagi
Rumi,, ke kantin yuk ??”, ajak Rangga kepada Arumi yang sedang duduk di taman
sekolah. Setelah mendengar ajakan Rangga, Arumi langsung berdiri dan menampar
Rangga.
“Asal kamu tahu Rangga, aku sangat
membenci kamu dan mamamu”, sengit Arumi.
“Kenapa kamu membenci aku dan mamaku Rum
??!”, heran Rangga dengan mengelus pipinya yang sakit karena ditampar Rumi. “Sejak
2 minggu yang lalu kamu bersikap sinis padaku, salahku apa ?? Padahal
sebelumnya kita tidak pernah ada masalah kan ??”, tanya Rangga dengan penuh
kecemasan.
“Papaku telah berselingkuh dengan mamamu
!!!”, jawab Arumi.
“Papamu ?? maksud kamu apa ??”, Rangga
balik bertanya pada Arumi.
“Sutono Hardiman yang selalu datang ke
rumahmu itu adalah papaku, dan sekarang kedua orangtuaku bercerai gara-gara
mamamu !!!”, sentak Arumi. “Apa aku harus diam saja dengan kejadian itu Rangga
??! tolong jawab aku”, pinta Arumi.
Dengan
perasaan yang campur aduk, Rangga mulai mengerti maksud perkataan amarah Arumi.
“Jadi, om Sutono itu adalah papamu. Sungguh, aku tidak tahu-menahu tentang hal
itu. Sejujurnya, aku sangat mencintaimu sebelum mengetahui masalah ini, namun
aku tidak pernah berani mengungkapkan perasaanku padamu karena kamu sangat
sinis padaku, Rumi. Mungkin karena
masalah ini, kamu bersikap seperti itu padaku”, ulas Rangga dengan pandangan
penuh arti. Arumi hanya diam membisu mendengar penjelasan Rangga, namun di dalam
hatinya ia menjawab bahwa ia juga menyayangi Rangga. “Tidak apa-apa Rum,
pantaslah kamu sangat membenci keluargaku karena masalah ini. Atas nama mama,
aku meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada keluargamu. Andai saja aku mengetahui
bibit, bebet, dan bobot om Sutono, maka aku tidak akan setuju kalau mamaku
menjalin hubungan dengan Om Sutono”, Rangga memberi penjelasan kepada Arumi.
Mendengar penjelasan dan permintaan maaf Rangga, Arumi tetap diam membisu dan
mulai menangis tersedu-sedu. “Selamat tinggal Rum”, ucap Rangga kepada Arumi sambil mengelus pundak Arumi. “Aku tidak
akan pernah menggagumu lagi dan aku akan pindah sekolah agar kamu nyaman
belajar di sekolah ini”, jelas Rangga. Mendengar perkataan Rangga, Arumi pun
mulai berkata.
“Jangan pergi Rangga, aku tidak ingin
kalau kamu akan pindah sekolah gara-gara masalah ini”, jawab Arumi sambil
menangis dan terbatah-batah. Rangga pun mendekati Arumi dan memberinya beberapa
pengertian dan pemahaman.
“Tidak Rum, semua ini salahku dan aku
sangat lega telah mengutarakan perasaanku padamu walaupun perpisahan ini tidak
pernah aku harapkan”, ulas Rangga dengan perasaan haru. “Jaga diri baik-baik ya
Rum, dan tolong sampaikan permintaan maafku kepada mamamu”, ucap Rangga.
“Kamu jaga diri juga ya Rangga, semoga
suatu saat kita dapat bertemu kembali dengan kehidupan yang lebih baik”, jawab Arumi
dengan penuh pengertian.
Setelah
kejadian itu, Arumi kembali menulis dalam buku hariannya. “Jujur, aku sangat
kehilanganmu, Rangga. Tak selayaknya
kejadian ini menjadi perpisahan terakhir kita, disaat kamu mencintaiku dan aku
mulai belajar mencintaimu. Selamat tinggal, Rangga. Kamu adalah teman
terindahku”. Catatan dalam hariannya itu adalah kisah akhir menjelang
kelulusannya.
Karya : Irena
Fitriandini
Komentar
Posting Komentar